Karena judulnya bocah serigala,
jangan bayangkan Jacob yang bertelanjang dada seperti di Twilight. Jauh
banget. Lebih baik nonton tanpa ada ekspektasi apa-apa, dan bersiaplah dengan
sapu tangan atau tisu, karena seperti banyak melodrama Korea, film ini pun akan
membuat penonton (yang mudah dan tersentuh hatinya seperti saya) berurai air
mata. D’oh!
"Tunggulah, aku akan kembali" - Kim Suni
Jika anda
jatuh cinta dan orang yang Anda cintai meminta Anda menunggu sampai dia
kembali, akankah Anda menunggunya,,,,sampai ia datang?
Dalam situs asianwiki, penulis
dan sutradara film ini, Jo Sung-Hee menuturkan kalau adegan yang memorable buat
dia adalah saat Kim Suni masuk ke dalam gudang dan menemukan si Bocah Serigala
terdiam di sana lalu mengatakan tidak akan membacakan dongeng, sampai si bocah
yang membacakannya.
Buat saya, adegan yang paling
memorable adalah saat perpisahan Kim Suni dan si Bocah Serigala di hutan. Entah
pengalaman pribadi atau apapun, adegan ini benar-benar membuat saya berusaha
keras menahan tangis supaya tak terdengar dengan penonton sebelah. Apakah mereka akan bertemu lagi? Sampai akhir
film saya terus berharap demikian. (saya benar-benar sentimentil, maklum).
Lah, ceritanya sedih ya? Nggak
juga. A Werewolf Boy adalah film bagus yang saya suka jalan ceritanya,
cara penggarapannya, dan sinematografi yang dihadirkannya. Saya terbawa suasana
dan ikut emosi selama 125 menit.
Ceritanya, Kim Suni yang sudah
nenek-nenek kembali ke Korea Selatan setelah ditelpon mengenai rumah lamanya di
sebuah desa pedalaman. Kembali ke rumah itu membuatnya terlempar kembali ke
masa silam, 47 tahun yang lalu.
Saat Suni masih remaja cantik dan
secara tak sengaja bertemu si Bocah Serigala yang awalnya terkurung di gudang
lalu lepas. Bocah itu meringkuk seperti anjing dan ibu Suni yang sangat keibuan
lah yang memungkinkannya dirawat seperti anak sendiri. Bagi Suni, si Bocah tak
jauh beda dengan piaraan, karena sama sekali tidak bisa bicara, berinteraksi
dan sangat nurut pada majikan.
Dia lalu diajari cara makan, mengikat tali
sepatu, apapun hingga membaca. Satu hal yang tidak disadari Suni, dia telah
menularkan rasa cinta sejak pelajaran pertama.
Dan inilah konfilknya, ada sosok
Ji Tae, yang jahat dan berhati busuk. Suka mabuk-mabukan dan ingin sekali
menyiksa Suni. Aura negatif akan menular seperti halnya aura positif. Dan sisi jahat
si Bocah yang masih murni pun terpancing.
Tarik ulur mengenai ajaran
baik-ajaran jahat, membuat A Werewolf menjadi menarik. Film ini lebih dalam
mengajari soal kemanusiaan lewat bocah serigala. Jika binatang saja begitu
mengerti bahasa cinta, kenapa manusia tidak?
Satu hal yang membuat saya
sepakat dengan film yang katanya terlaris di Korea Selatan setelah The Thieves
dan Masquarade ini adalah bagaimana dia tidak menjadi absurd seperti kisah
romantis Twilight. Ada cinta yang memang ada untuk tidak saling memiliki.
Akting natural para aktor,
terutama yang jadi Suni dan Ibu membuat saya larut sejak menit pertama. Meski
ada beberapa adegan yang saya tidak begitu mengerti. Seperti kenapa si bocah
membawa Suni ke tengah hutan saat dia pingsan? Mungkin ada kontekstual di Korea
sana.
Tapi secara keseluruhan saya
menikmati film ini. Plus melow-melownya. Saya terhibur dan tercerahkan. Film ini
menyentuh hati sekali. Saya sengaja keluar ruang studio bioskop tanpa melepas
kacamata. *
Penulis dan sutradara: Jo Sung-Hee
Aktor: Song Joong-Ki (Cheol Su) Park Bo-Young (Kim Suni) Yoo
Yeon-Seok (JI Tae) Jang Yeong-Nam (mother)
Rilis di Korea pada 31 Oktober 2012
Bahasa Korean
Tidak ada komentar:
Posting Komentar