Entri Populer

Rabu, 20 Maret 2013

A Werewolf Boy; Mengenal Cinta Bocah Serigala




 
Karena judulnya bocah serigala, jangan bayangkan Jacob yang bertelanjang dada seperti di Twilight.  Jauh banget. Lebih baik nonton tanpa ada ekspektasi apa-apa, dan bersiaplah dengan sapu tangan atau tisu, karena seperti banyak melodrama Korea, film ini pun akan membuat penonton (yang mudah dan tersentuh hatinya seperti saya) berurai air mata. D’oh! 


"Tunggulah, aku akan kembali" - Kim Suni


Jika anda jatuh cinta dan orang yang Anda cintai meminta Anda menunggu sampai dia kembali, akankah Anda menunggunya,,,,sampai ia datang?
 
Dalam situs asianwiki, penulis dan sutradara film ini, Jo Sung-Hee menuturkan kalau adegan yang memorable buat dia adalah saat Kim Suni masuk ke dalam gudang dan menemukan si Bocah Serigala terdiam di sana lalu mengatakan tidak akan membacakan dongeng, sampai si bocah yang membacakannya.

Buat saya, adegan yang paling memorable adalah saat perpisahan Kim Suni dan si Bocah Serigala di hutan. Entah pengalaman pribadi atau apapun, adegan ini benar-benar membuat saya berusaha keras menahan tangis supaya tak terdengar dengan penonton sebelah.  Apakah mereka akan bertemu lagi? Sampai akhir film saya terus berharap demikian. (saya benar-benar sentimentil, maklum).

Lah, ceritanya sedih ya? Nggak juga.  A Werewolf Boy adalah film bagus yang saya suka jalan ceritanya, cara penggarapannya, dan sinematografi yang dihadirkannya. Saya terbawa suasana dan ikut emosi selama 125 menit.

Ceritanya, Kim Suni yang sudah nenek-nenek kembali ke Korea Selatan setelah ditelpon mengenai rumah lamanya di sebuah desa pedalaman. Kembali ke rumah itu membuatnya terlempar kembali ke masa silam, 47 tahun yang lalu.

Saat Suni masih remaja cantik dan secara tak sengaja bertemu si Bocah Serigala yang awalnya terkurung di gudang lalu lepas. Bocah itu meringkuk seperti anjing dan ibu Suni yang sangat keibuan lah yang memungkinkannya dirawat seperti anak sendiri. Bagi Suni, si Bocah tak jauh beda dengan piaraan, karena sama sekali tidak bisa bicara, berinteraksi dan sangat nurut pada majikan.

 Dia lalu diajari cara makan, mengikat tali sepatu, apapun hingga membaca. Satu hal yang tidak disadari Suni, dia telah menularkan rasa cinta sejak pelajaran pertama. 











Dan inilah konfilknya, ada sosok Ji Tae, yang jahat dan berhati busuk. Suka mabuk-mabukan dan ingin sekali menyiksa Suni. Aura negatif akan menular seperti halnya aura positif. Dan sisi jahat si Bocah yang masih murni pun terpancing.  

Tarik ulur mengenai ajaran baik-ajaran jahat, membuat A Werewolf menjadi menarik. Film ini lebih dalam mengajari soal kemanusiaan lewat bocah serigala. Jika binatang saja begitu mengerti bahasa cinta, kenapa manusia tidak?

Satu hal yang membuat saya sepakat dengan film yang katanya terlaris di Korea Selatan setelah The Thieves dan Masquarade ini adalah bagaimana dia tidak menjadi absurd seperti kisah romantis Twilight. Ada cinta yang memang ada untuk tidak saling memiliki.

Akting natural para aktor, terutama yang jadi Suni dan Ibu membuat saya larut sejak menit pertama. Meski ada beberapa adegan yang saya tidak begitu mengerti. Seperti kenapa si bocah membawa Suni ke tengah hutan saat dia pingsan? Mungkin ada kontekstual di Korea sana.

Tapi secara keseluruhan saya menikmati film ini. Plus melow-melownya. Saya terhibur dan tercerahkan. Film ini menyentuh hati sekali. Saya sengaja keluar ruang studio bioskop tanpa melepas kacamata. *

Penulis dan sutradara:  Jo Sung-Hee
Aktor:  Song Joong-Ki (Cheol Su) Park Bo-Young (Kim Suni) Yoo Yeon-Seok (JI Tae) Jang Yeong-Nam (mother)
Rilis di Korea pada 31 Oktober 2012
Bahasa Korean
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar