Entri Populer

Selasa, 19 Februari 2013

Rectoverso




Lima cerita tentang cinta yang tak terucap dan meluluhkan hati.

“Si Abang tidak hanya mencintaimu dengan hati, tapi juga dengan jiwanya. Hans mungkin saja bisa dengan perempuan lain, tapi tidak dengan si Abang,” –Bunda 

Adegan ketika Bunda (Dewi Irawan) menyampaikan ini pada Lea (Prisia Nasution) menjadi adegan yang pre-klimaks yang membuat penonton ikut merasakan tekanan dan sesak di dada. Merasakan kegalauan Lea untuk memilih antara dua. Dan merasakan betapa hancur dan luluh lantaknya hati si Abang kalau saja dia tak terpilih. 

Malaikat Juga Tahu adalah bagian pembuka dari lima cerita dalam Rectoverso yang paling berhasil. Omnibus ini dibuat interwave atau saling silang antar lima cerita. Selain Malaikat Juga Tahu, penonton akan digiring bergiliran dengan empat cerita cinta lain; yakni Cicak di Dinding, Curhat Buat Sahabat, Hanya Isyarat, Firasat. 



Kelimanya menyentuh dengan tebaran kalimat-kalimat penuh makna. Seperti halnya kumpulan cerita yang ditulis Dee berjudul sama. Ada yang setia pada cerita ada yang menyiapkan twist ending yang berbeda. 

Malaikat Juga Tahu 

“100 itu sempurna. 100 plus kamu adalah lebih dari sempurna.” – Abang 

Menampilkan Abang (yang dimainkan baik sekali oleh Lukman Sardi), seorang autisme yang jatuh hati pada penghuni kosan Lea. Adegan per adegan yang melibatkan Abang sudah menyayat hati, apalagi ketika itu berkaitan dengan perasaannya. Seperti ketika ia jatuh hati, dan Bunda mengetahuinya dengan pasti.  Cinta si Abang terlalu tulus yang tak mungkin berbalas. 

Marcella Zalianty sebagai sutradara cukup jeli dengan memberi perhatian terhadap detail dan itu menjadikannya menarik.  Tak bertele-tele, efektif dan didukung oleh para pemeran yang matang. Bagian ini hampir tak ada cela, hingga di penghujung cerita penonton dibuat sesak, memegang erat kursi berusaha untuk tidak berurai air mata.  Ketika itu terjadi, film ini sudah berhasil menyampaikan pesannya. 

Cicak di Dinding 


“Taja itu aneh, sukanya sama cicak. Katanya, cicak itu tipe binatang paling setia, tapi selalu diabaikan,” –Bang Irwan 

Dan Saras (Shopia Latjuba) hanya bisa mematung. Termangu dengan apa yang sudah berlalu. Dia tak bisa menampik kalau dulu, Taja pernah mempertanyakan tatonya yang bergambar cicak. Antara Taja dan Irwan, matanya lalu menatap kosong.  Hati tak pernah bisa bohong. 

Cathy Saron menjadikan cerita ini sebagai kisah cinta yang matang dan dewasa. Pengkarakteran Taja, Saras dan Irwan sangat pas, dimainkan oleh Yama Carlos, Sohpia dan Tio Pasukadewo. Semua bergerak mengalir dengan baik. Ditarik larut dalam ketersiksaan Taja. 

Curhat Buat Sahabat 

“Gue hanya mau dia datang dengan segelas air putih. Itu saja. Keinginan gue terlalu tinggi ya? “ – Amanda 

Punya sahabat yang selalu mendengarkan keluh kesah jatuh bangun saat pacaran? Cerita ini hampir sama. Amanda (Acha septriasa) selalu saja bergonta ganti pacar, dan Reggie (Indra Birowo) selalu saja setia mendengarkan.  Dari era masih kuliah, pacaran sama ketua senat, rocker dan siapa lagi, Reggie selalu ada disitu. 

Bagian ini paling riang, sekaligus memberi sentuhan yang manis di akhir cerita. Olga Lidya, sebagai sutradara memberi alur yang menarik, dan ruang pas buat Acha sebagai Amanda. Tunggu sampai dia memberi kejutan buat Reggie, dan kita terbawa emosi. Disini Curhat Buat Sahabat berhasil menyampaikan maksudnya. 

Hanya Isyarat 


“Teman saya itu hanya tahu dan bisa makan punggung ayam. Tapi sayalah orang paling sedih, karena hanya bisa melihat punggung orang yang saya cintai dari jauh, tanpa bisa memilikinya,” –Al 

Al (Amanda Soekasah) sedang traveling bersama empat teman pria lain yang ia kenal di mailing list backpacker. Dan jatuh cinta dengan salah satu diantaranya bernama Raga. Dari narasi yang disampaikannya, Al memendam cinta tanpa berani menaympaikannya. Hingga di akhir cerita, kita tahu bahwa Al tak kan pernah bisa menyampaikan perasaannya. 

Kurang sedih apalagi Rectoverso coba? Bagian penuh narasi dan verbal serta penuh muatan kata-kata filosofi ini, digiring Happy Salma untuk berjalan dengan baik tanpa bermanja-manja. Untungnya ending yang disuguhkan pas, sehingga tak membuat cela. Setiap kutipan yang keluar dari para pemeran, seperti menikmati cerita pendek Dee, tapi bedanya dalam bentuk visual dan disampaikan oleh para pemeran. 

Firasat 

“Bagaimana kalau kita punya firasat untuk orang yang kita cintai, tapi kita tak bisa mengubahnya?” –Senja  

Tergabung dalam klub Firasat, Senja (Asmirandah) jatuh hati dengan pendiri klub karismatik, Panca (Dwi Sasono).  Yang jadi soalan adalah seiring berjalannya waktu dia mendapati firasat akan kehilangan lagi. Kali ini, sixth sense nya meresahkan. Senja kalut, tapi dia tak bisa mengubah apa-apa. 

Rachel Maryam, sebagai sutradara sangat terbantu dengan sinematografi yang apik. Gambar-gambar pohon, taman, ruang, semuanya cantik. Hanya saja ada kata-kata atau dialog yang berasa kaku dan bisa dihilangkan saja. Dalam diam, kadang adegan ini bisa efektif. Untungnya bagian ini terselamatkan dengan twist ending. *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar