10 Cerita Di Luar
Batas Logika
Judul: Sanubari Jakarta
Sutradara: Tika Pramesti (1/2), Dinda Kanyadewi (Malam Ini Aku Cantik), Lola Amaria (Lumba-Lumba), Alfrits John Robert (Terhubung), Aline Jusria (Kentang), Andriyanto Waskito Dewo (Menunggu Warna), Billy Christian (Pembalut), Kirana Larasati (Topeng Srikandi), Fira Sofiana (Untuk 'A'), dan Sim F (Kotak Cokelat).
Produser: Lola Amaria. Fira Sofiana
Produser: Lola Amaria. Fira Sofiana
Menonton film ini mestilah dengan pemikiran yang terbuka dan
tanpa pretensi apa-apa. Karena ini bukan film biasa. Di dalamnya terangkum 10
film pendek yang masing-masing berdurasi antara 10-12 menitan. Otomatis tidak
ada kedalaman karakter. Nikmati saja, dan bayangkan sedang melihat sisi
terdalam Jakarta.
#1 dibuka dengan kelap kelip lampu Jakarta. Lalu sebuah kisah mengalir,
melompat-lompat tanpa pengenalan karakter. Dua laki-laki sedang menimati
perjalanan di dalam mobil. Berhenti di tepian pantai dan menikmati matahari
terbenam. Gambar lalu beralih saling silang antara laki-laki berwarna biru, dan
perempuan berwarna merah.
Siapa mencintai siapa? “Hidup adalah pilihan, tapi aku benci
memilih” ujar salah satu dari mereka. ½
#2 Miss Adinda, guru muda TK bertatap muka dengan Anggia,
ibu dari salah seorang muridnya. Pertemuan pertama yang berkesan, setidaknya
dari tatapan mata. Yang kemudian berlanjut dengan ajakan masak bersama.Terlalu cepat alurnya? Gambar saling silang secara simbolik.
“Aku menyukai lumba-lumba, selain karena perumpaannya,” Lumba-lumba.
#3 Malam itu, dia berdandan. Memoles makeup, memakai wig,
dan memakai stocking jala-jala hitam, lalu high heels. Berdiri di pinggir
jalan. Lalu diiringi narasi dengan suara berat sebagai penanda dia laki-laki,
tapi dengan kisah “Malam ini aku cantik”.
Sayangnya, tidak ada kebaruan di bagian ini. Mungkin perlu sedikit yang memberi efek kejut.
“Hidup adalah bertahan, karena masih ada harapan.” Malam ini
Aku Cantik.
#4 Seorang perempuan terbangun dari tidurnya. Suami mengetuk pintu. Narasi mengalir; dia membenci ikatan pernikahan yang dipaksa. Dia tak mencintai pria, kekasihnya yang perempuan ada di ujung dunia berbeda. Satu kali, mereka sama-sama ingin ke toko bra. Dan bertemu dengan senyum.
“Jodoh ada di tangan Tuhan. Kata siapa, jodoh di tangan
orangtua!” Terhubung
#5 Dua laki-laki sedang bercumbu sebelum bunyi telpon
mengganggu. Telpon dari ibu yang menanyakan perihal skripsi dan perjodohan.
Marina atau Marsya. Sang kekasih memberontak. Dua tahun jalan tapi tidak pernah
dikenalkan. Merajuk, lalu kembali bercumbu. Dan kembali terganggu; kali ini
oleh kosan yang bocor, kecoak, dan tetangga sebelah yang mencari golok.
Cukup ngalir dan komikal. Walau masih belum dalam karakternya.
“Pacaran saja sama
skripsi, emang bisa bikin lu ngaceng.” Kentang
#6 Dua perempuan bertengkar di atas ranjang. Aku lagi mens,
kata yang satunya. Yang lain berkemas. Memasang kembali bra, dan tertukar.
Malam itu malam terakhir mereka, karena yang satu akan menikah dengan pria
pilihan ibunya. Dari obrolan lalu bertengkar. Sebelum ada seorang perempuan
lain hadir di depan kamar.
Tik tok karakter masih belum meyakinkan dan berasa ada yang kurang.
“Aku bukan mens yang datang lalu pergi, datang dan pergi.
Aku butuh pembalut.” Pembalut
#7 Sebuah narasi lagi-lagi membuka cerita. Perempuan meninju
sasak. Wajahnya geram. Lalu gambar beralih ke sebuah club dan perkantoran. Tiga
pria, tapi yang satunya adalah perempuan. Sebuah rahasia terungkap. Ini adalah
pemberontakan.
Masih berasa ngambang, sebelum semua kisah sampai di akhir cerita.
“Bahwa perempuan harusnya bisa diterima dengan wujudnya apa
adanya. Bukan topeng.” Topeng Srikandi
#8 Diiringi narasi. Seorang pria sedang mengetik. Untuk A.
Apakah dia dulu seorang perempuan? Perempuan yang didalamnya terperangkap jiwa
seorang laki-laki? Entah. Yang pasti masuk ke toilet pria adalah rasa yang
berbeda, katanya.
Agak membingungkan di awalnya, dan narasi yang berasa agak mengganggu.
“Arina. Saya Ari, Tante.” Untuk A
# 9 Gambar
hitam-putih. Minim dialog. Dua laki-laki main mata. Lalu bertemu kembali di
perempatan lampu merah. Saling tersenyum lalu berakhir di sebuah kamar.
Membayangkan cincin kawin dan pernikahan. Hidup bersama, suka-duka. Tapi apa
itu nyata? Di perempatan lampu merah, keduanya kembali menghadapi kenyataan.
Cukup menarik karena seperti film bisu dan hitam putih yang simbolik. Cerita tersampaikan meski minim dialog.
“FPI memboikot pemutaran Q film festival di kedutaan Prancis
dan Jerman —“ Menunggu Warna.
#10 Keduanya dipertemukan di sebuah kafe. Saling jatuh hati
dan pacaran. Tapi, ada yang mengganggu pikiran si wanita saat pria memberikan
cincin. Dia termangu. Lalu gambar beralih ke kotak coklat. Kotak kenangan yang
kembali ke masa silam, di saat keduanya masih kecil. Ada kesalahan masa lalu
yang sulit diterima akal sehat.
Cukup menarik dan mengejutkan. Gambar, alur, dan karakter berasa hidup.
“Sekarang terserah kamu, mau menerima aku sekarang atau
tidak. Kamu sekarang cantik.” Kotak Coklat.
...
Sanubari Jakarta bukan
film yang keseluruhannya menghibur. Mungkin di satu atau dua kisah, penonton akan
tertawa. Tapi selebihnya adalah cerita yang muram. Seperti nasib mereka yang
ada di lingkup LGBT yang memang sampai saat ini masih demikian. Terpinggir dan
tak bersuara. Film ini membuka mata, dan mungkin mengajak penonton untuk
bersimpati. Memahami apa yang sebenarnya mereka hadapi. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar