Disainer top asal Prancis, Coco Chanel
pernah punya hubungan kasih yang getir bersama komposer besar Igor Stravinsky.
Cinta keduanya penuh gairah, tapi terlarang dan semu. Cerita mengalir dengan
karakter yang kuat, kostum apik, dan visual yang memanjakan mata. Sebuah biopic
yang menarik.
Judul : Coco
Chanel & Igor Stravinsky
Sutradara: Jan Kounen
Pemain: Anna Mouglalis, Mads Mikkelsen
Produksi: Eurowide Film Production
Genre: Drama
> tiga bintang
Coco Chanel (Anna Mouglalis), bertemu Igor
Stravinsky (Mads Mikkelsen), saat komposer itu menyuguhkan karya akbarnya The Rite of Spring. Pertunjukan yang
mestinya menarik itu dinilai gagal. Penonton yang penuh sesak di ruang
auditorium yang megah, tampak tak puas dan mencaci maki. Sementara, Chanel
justru tampak terkesan.
Tujuh tahun kemudian, 1920, Chanel bertemu
lagi dengan Igor, saat dia sedang berduka karena baru saja kehilangan
kekasihnya Arthur ‘Boy’ Capel. Pertemuan kali ini berlanjut. Chanel menawarkan
Igor untuk menempati vilanya agar bisa terus berkarya. Karena alasan financial,
tawaran ini diterima Igor dengan memboyong serta istri Katarina (Elena Morozova), dan empat orang anaknya.
Chanel dan Igor, adalah sosok dua maestro
yang keras, dan menyadari keahlian masing-masing. Chanel, tidak perlu sketsa
untuk setiap disainnya. Dia juga menjadi sosok bos yang ditakuti dan tak
segan-segan membentak karyawannya. Sementara Igor, seorang komposer yang
serius, yang juga tak banyak berkata-kata. Pertemuan keduanya sering tampak
dingin dan kaku.
Hingga, pada satu malam, Chanel mendatangi
Igor di ruang musik. Keduanya lalu bercinta dan rasa terlarang itu tumbuh
diam-diam. Gairah yang besar membuat keduanya juga mulai kreatif berkarya.
Chanel melahirkan parfum yang terkenal dengan sebutan Chanel no 5. Igor membuat
satu komposisi yang besar. Namun, masalah muncul ketika Katarina mengetahui
gelagat yang terjadi.
Ketegangan itu mulai terasa. Chanel dan
Igor tak lagi leluasa. Hubungan keduanya berjarak dan mulai garing. Hubungan
mereka bukan cinta, tapi hanya gairah semata. Tanpa banyak berkata-kata, film
ditutup dengan bagian akhir yang suram, pedih dan getir.
Kostum
Apik
Di luar kisah yang menarik, nama besar
Chanel dan Stravinsky, atau set Paris
awal abad 20, kostum yang dikenakan para pemeran menjadi poin paling
mengesankan sepanjang film. Khususnya yang dipakai oleh Chanel. Warna dan mode
setiap kostum yang hadir, tampil elegan dan menarik.
Elemen pendukung itu tidak hanya sebagai
pelengkap, tapi juga bagian dari cerita. Chanel, sosok disainer yang tegas dan
perfeksionis. Ketelatenannya hadir lewat disain busana dan juga pakaian yang ia
pilih. Kemunculannya di setiap scene dengan kostum berbeda akan selalu jadi
bagian yang ditunggu.
Penggarapan yang maksimal membuat film ini
patut diperhitungkan. Jan Kounen, sebagai sutradara menempatkan semuanya dengan
baik. Visual yang tertata, gambar yang berbicara, serta karakter pemain yang
kuat.
Tidak hanya Chanel dan Igor yang tampil
berkesan, kehadiran Katarina dirasa juga sebagai karakter yang mencuri
perhatian. Sisi rapuh yang dibawakannya justru kemudian menjadikan dia
satu-satunya sosok manusia nyata diantara kepura-puraan Chanel dan Igor yang
semu. Katarina marah tapi tidak dengan gaya
yang sembrono. Dia terpuruk tapi tidak menangis terisak-isak.
Film ini menjadi kisah Coco Chanel yang
kedua setelah Coco Before Chanel yang
dimainkan oleh Audrey Totou. Kali ini, giliran Anna Mouglalis, bintang asal
Prancis yang juga sedang naik daun memerankannya. Dan ia tampil tidak mengecewakan,
sosok disainer top yang mandiri, keras dan tegas itu tampil apa adanya dan
natural.
Sekilas, biopic perempuan sukses yang
mendunia asal Prancis ini mengingatkan akan sosok Edith Piaf dalam La Vie en Rose yang dimainkan Marion
Cotillard. Ada yang
menyebut sukses film tersebut juga yang mendorong lahirnya film Coco Chanel. Jika
ini berhasil, tidak dipungkiri, akan ada kisah biopic lainya yang akan hadir,
dan berpeluang besar untuk diadaptasi oleh Hollywood. Demi Moore, dikabarkan siap untuk
membintangi sosok Chanel. Siapa tahu. * rai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar